Wahyu Harjanto adalah Wakil Pengawas Mindset Institute. Wahyu Harjanto menyelesaikan pendidikan Master Ilmu Religi dan Budaya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2013). Selama ini, Wahyu Harjanto banyak menulis dan melakukan penelitian mengenai isu demokrasi dan hak asasi manusia.

Esuk Dhele Sore Tempe

1 menit waktu baca

SAMBIL menekan emosi, di depan awak media, Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) Budi Waseso menyampaikan informasi ke khalayak tentang siapa yang mendaulatnya mengimpor beras di tengah ketercukupan dan keamanan pangan dalam perspektif; Mentan, Syahrul Yasin Limpo dan Mendag, Muhammad Luthfi.

Mengapa Buwas tidak menolak perintah itu padahal punya dasar argumen kuat? Mengapa ia memilih melempar isu itu ke publik yang kini bergulir liar bak bola salju dan menjadi komoditas politik? Apa yang sejatinya terjadi?

Apapun ceritanya, isu impor beras itu dengan cepat disambar pasar dan sudah memakan korban. Mengoyak-ngoyak kehidupan dan ekonomi rumah tangga di kalangan para petani se Indonesia. Harga padi di pelbagai daerah amblek melebihi kondisi saat panen raya sebagaimana terjadi setiap musim panen di setiap tahun.

Celakanya isu itu muncul jelang Ramadhan dan dalam kondisi pandemi covid-19 yang melumpuhkan kehidupan dan belum sirna. Mimpi petani yang selama pandemi tak bisa mencari tambahan pendapatan karena larangan mobilitas agar dapur tetap mengepul dan kebutuhan lain bisa dipenuhi sehabis panen harus dipupus.

Isu impor beras dan jatuhnya harga padi merepresentasikan ketidakcermatan, ketidaktelitian, ketidakeseriusan, dan ketidakejujuran para penentu kebijakan dalam melihat persoalan di atas faktor lain yang mesti berpengaruh kuat tetapi berada di luar jangkauan manajemen.

Dalam konteks komunikasi dan manajemen kebijakan sikap semacam itu sangat tidak produktif. Sebelum membuat pernyataan dan membuat keputusan, ia wajib melihat persoalan secara mendalam dan menimbang matang-matang untung ruginya; dampaknya.

Dari arah lain kita diingatkan bahwa putusan ekonomi berbeda dari putusan politik. Putusan politik bisa direvisi berkali-kali bahkan ditarik ulang. Selain karena implikasinya tidak langsung mengena persoala hajat hidup, ia bisa dinegosiasikan secara relatif mudah, meski harus memanen cemooh.

Putusan ekonomi lain. Ia memiliki efek domino yang justru bisa melampaui masalah awalnya. Efek putusan ekonomi lazimnya akan berjalan secara berantai, kait-mengait baik horizontal maupun vertikal. Menarik ulang putusan ekonomi akan memerlukan waktu lama, bahkan mustahil dilakukan.

Di negeri ini, permasalahan ketidakcakapan dan inkonsistensi kebijakan kerap sekali dipertontonkan oleh para elite dan penentu kebijakan di level atas dalam sistem kekuasaan. Satu hal yang hanya memiliki satu alamat dan sosok yang akan dirugikan; rakyat kecil.

Masyarakat dan budaya Jawa memiliki ungkapan khas untuk mengilustrasikan bagaimana seorang penentu kebijakan membuat keputusan secara serampangan dan kehilangan konsistensi. Ungkapan sederhana, remeh, tapi memiliki daya sengat bagus, esuk dhele, sore tempe  (pagi kedelai, sore tempe). 

Gagasan ini telah dimuat di Media Indonesia.com (23 Maret 2021).

Akhirnya sekuat apapun, sekharismatik apapun, sejago apapun seorang presiden, ia bisa kehilangan wibawa, keabsahan, penerimaan sosio-psikologis, bahkan bisa tumbang karena ulah para pembantunya yang tidak cakap dan kehilangan kepekaan sosial. Sejarah negeri ini merekam banyak kasus tentang hal ini di masa lalu.

Wahyu Harjanto adalah Wakil Pengawas Mindset Institute. Wahyu Harjanto menyelesaikan pendidikan Master Ilmu Religi dan Budaya di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2013). Selama ini, Wahyu Harjanto banyak menulis dan melakukan penelitian mengenai isu demokrasi dan hak asasi manusia.

Jilbab, Negara, dan Kemerdekaan Indonesia

Penulis: Kamil Alfi Arifin Pemaksaan melepas jilbab bagi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional 2024 oleh Badan Penanaman Ideologi Pancasila (BPIP) telah mencederai...
Mindset Institute
14 detik waktu baca

Pidato: Menakar Kuasa Destruktif Kreatif

Di dalam dunia yang terus berubah, orang seringkali diminta untuk kreatif dan inovatif. Namun kreativitas ini dapat berakibat destruktif. Prof. Aloysius Gunadi Brata membahas...
Mindset Institute
16 detik waktu baca

Interview with Taring Padi: vanguardism, creativity, symbols, and the…

Penulis: Heronimus Heron & Min Seong Kim Abstract A work by the Indonesian artist collective Taring Padi titled People’s Justice caused great controversy during...
Mindset Institute
24 detik waktu baca